Slow Bar: Magnet atau Penghisap Energi?

Arien Kartika
5 min readJan 4, 2023

--

Di tengah hidup yang ritmenya makin padat, rasanya bisa memberi jeda diri sendiri untuk secangkir kopi dan teh itu mewah, ya. Terutama kalau diseduhkan, dan kemudian bisa bertukar cerita, pada meja bar yang memang berkonsep slow bar.

Kadang terlintas di pikiran, apakah slow bar memang cocok untuk semua orang?

Dua bulan terakhir di 2022 waktunya rehat panjang untuk saya, secara harfiah, fisik dan mental. Kecelakaan yang dialami di awal bulan November memaksa saya untuk menghabiskan waktu di tempat tidur. Bosan, ya sudah pasti, tapi bagaimana pun jadi belajar hal baru soal cara istirahat. Sulit ternyata.

Menyambung soal istirahat, rehat, atau jeda inilah yang membawa saya ke perenungan soal slow bar. Ide yang sudah lama ada di kepala, tapi sebatas mengawang menunggu diambil dan diolah. Yah, hitung-hitung dalam masa recharging energi juga karena sepanjang tahun cukup sibuk melayani pembeli di belakang slow bar.

Baiklah, mulai dari mana soal slow bar ini?

Saya menemukan tulisan oleh Nanda Naradhipa yang cukup padat menjelaskan soal slow bar, izinkan saya mengutipnya sedikit di sini ya.

Slow bar adalah konsep yang nggak cuma menawarkan secangkir kopi yang nikmat, namun juga menawarkan informasi apa aja seputar kopi yang dipesan. Di kedai semacam ini, Anda bisa berbagi informasi seputar origin, varietas, proses pencucian atau penjemuran, pemanggangan, hingga isu-isu dan tren terkini seputar industri kopi ke mas-mas atau mba-mba baristanya. Slow bar biasanya menawarkan menu-menu yang dibuat secara manual dan agak menyita waktu, seperti V60, aeropress, siphon, dan lain-lain. Selain itu, orang-orang di balik meja slow bar umumnya diisi oleh barista-barista yang cukup berpengalaman.

https://mojok.co/terminal/mengenal-istilah-slow-bar-dan-fast-bar-pada-kedai-kopi/

Ada pula pendapat yang singkat dan cukup menarik.

The relaxed, educational and experimental nature of the slow bar means that this may be a neutral space where baristas can hone those one-on-one skills as they teach curious customers about coffee.

https://www.laweekly.com/intelligentsias-slow-bar-or-an-experiment-in-coffee-and-customer-service/

Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa slow bar adalah tentang menikmati pelayanan pembuatan kopi (atau mungkin minuman lainnya) secara santai, dan berfokus pada komunikasi dua arah.

source: pinterest.com

Tidak sulit mencari tempat yang menyediakan slow bar, bahkan belakangan ini beberapa gerai kopi yang awalnya berkonsep coffee-to-go, mulai mencoba membuat tempat khusus terpisah untuk menyeduh kopi manual dan mengobrol lebih intim.

Saya termasuk tipe pengunjung yang lebih suka datang ke tempat yang punya spot khusus untuk mengobrol seperti ini. Sejujurnya soal kopi sendiri saya tidak begitu paham secara dalam, tapi selalu senang dengar penjelasan apa yang tersaji di cangkir saya, semisal dari mana kopinya berasal atau bagaimana ia diseduh.

Di kedai kopi yang seperti ini juga, seringkali perkenalan dengan pengunjung lain terjalin. Obrolan yang tadinya hanya dengan barista jadi berkembang juga dengan pengunjung lain.

Konon pengunjung yang datang ke kedai dengan konsep slow bar adalah orang introvert yang tidak suka keramaian, betul nggak sih? Saya sih kurang setuju ya, hahaha. Tidak semudah itu generalisir orang yang datang, karena faktornya cukup banyak. Mungkin ia memang sedang ingin mengobrol dengan barista favorit, mungkin cocok dengan produknya, mungkin ingin bersantai setelah kerja, bisa jadi karena sedang tertarik belajar soal kopi, atau datang karena rekomendasi dari teman.

You might know some famous coffee shop name with slow bar concept, such as Tadasih and Klinik Kopi in Yogyakarta, Bandung has some like Coffee Scape, Toko Kopi Pajeng, and Dasamuka. Perhaps you could give me some other name, like your favorite one?

Tidak bisa dipungkiri, titel slow bar memang jadi magnet untuk sekelompok orang, dan bisa dibilang sudah punya market sendiri.

Sebetulnya, saya sendiri di toko teh kami juga mengadopsi konsep yang serupa. Pembeli dipersilahkan untuk duduk di depan meja bar atau di kursi yang disediakan, menikmati teh sambil mengobrol. Kadang obrolannya cukup mengalir sampai tidak hanya seputar teh yang diseduh dan dijual, tapi bisa soal hal yang sedang trendi, budaya pop, atau malah berujung pelanggan curhat masalah pribadi, hahaha.

Di toko kami bahkan bukan slow bar lagi, tapi kadang jadi very very slow bar, karena ada metode penyeduhan yang memang perlu waktu luang khusus.

Well, then the problem is.. sometimes being a person in charge behind slow bar, you can easily found your energy drained. Dalam satu shift kerja, katakanlah 7 atau 8 jam, mungkin harus melayani pelanggan secara beruntun dan terus menerus, mendengarkan dan membalas obrolan. Belum lagi faktor manusia dengan emosi dan kesehatan yang tentu tidak selalu konstan, tapi ketika sudah ada di mode kerja, tetap harus profesional dan prima dalam melayani.

Untuk kedai yang dipegang langsung oleh pemilik, ada kemudahan menutup kedai lebih awal atau menentukan besok kedai libur ketika sudah mencapai titik capek — atau saya seringkali menyebutnya dengan habis kuota sosial. Bukan apa-apa, lebih baik ambil waktu istirahat supaya menjaga energi tetap prima, daripada memaksakan buka dengan energi yang low dan malah tidak bisa melayani pelanggan dengan maksimal.

Nah, kalau anda pemilik kedai dengan konsep slow bar dengan karyawan sebagai pengampu tugas menyeduh sambil mengobrol tadi, ada baiknya cermat dan peka melihat kondisi karyawan; apakah dalam kondisi cukup baik untuk melayani pelanggan hari ini? apakah kondisi mentalnya sedang cukup sehat untuk menerima berbagai karakter pelanggan yang akan datang?

Karena ya jujur saja, sebagaimana banyaknya karakter pemilik dan barista, pelanggan pun bisa sangat beragam. Mulai dari yang menyenangkan sampai bertipe pendekar, hehehe. Mengobrol dengan orang yang tepat bisa membuat perasaan dan suasana lebih cerah, and vice versa.

Dear readers, yang mungkin berniat membuka kedai dengan konsep ini, atau melamar kerja jadi penyeduh di kedai yang sistem kerjanya seperti ini, jangan terlalu khawatir! Memang tidak selalu mudah, karena tentu setiap pekerjaan ada tantangannya kan, tapi saya harap beberapa poin di atas bisa jadi pertimbangan. Tentu menyenangkan bisa jadi tuan rumah dan penyeduh yang bisa diajak ngobrol, apalagi kalau kedainya sudah terbilang magnet untuk pencari kedai slow bar, namun tetap perhatikan ya kalau-kalau sudah low energy.

Bagaimana pun, dalam usaha ingin lancar selalu kan, tanpa ada hambatan apalagi komplen pelayanan yang kurang berkesan? It could be prevented if you know how to keep your good energy.

Di sisi lain, sebagai pengunjung pun, sebisa mungkin jangan jadi orang yang nyebelin ya, hahaha. Datanglah ke kedai dengan niat yang lurus untuk menikmati suasana dan produk, lalu pulang dengan perasaan yang lebih tenang dan senang.

Sampai ketemu di tulisan berikutnya!

--

--

Arien Kartika

An amateur tea brewer, handcrafting her own tea blend in DEKAT tea. Write, cook, photograph.