Pasar, Kedai Teh, dan Manusia sebagai Satelit

Arien Kartika
5 min readAug 13, 2022

--

“Kenapa bukanya di pasar?”, jadi satu dari sekian banyak pertanyaan yang saya dengar ketika mengobrol dengan pelanggan, sambil menikmati teh pilihan mereka.

Ada banyak jawaban, tapi biasanya saya permudah dengan, “Ya, supaya dekat dengan grassroot aja sih..”, sambil ditutup dengan tawa kecil.

Setahun pertama DEKAT ada, angan memiliki toko teh timbul tenggelam. Pertimbangannya, selalu ada keinginan bisa menyapa #TemanDEKAT dengan langsung, juga memenuhi permintaan mereka yang ingin dikirim pakai kurir instan supaya bisa segera diterima, yang mana kendalanya titik kirim dari rumah itu jauh banget ke pusat kota Bandung, berakibat ongkos kirim jadi mahal.

Lalu pertanyaan berikutnya, mau buka di mana? Sebab melihat-lihat harga sewa ruang usaha di beberapa titik strategis di Bandung, rasanya mustahil deh bisa buka toko. Jujur di tahun 2019 kemarin, saat baru memulai DEKAT, kapitalnya masih kecil.

Februari 2020 kami datang ke The Hallway, berbekal informasi dari instagram, itu pun saat datang ke Pasar Kosambi sama sekali clueless: jalan masuk ke Hallway lewat mana, ketemu dengan siapa, suasananya seperti apa. Diantar warga pasar lewat lorong yang gelap, sama sekali tidak ada penerangan kecuali dari jendela gedung, dan lantai yang tidak mulus dipenuhi keramik lantai yang pecah. Haduh, ini beneran ada peradaban gak sih? Pikir saya waktu itu.

Kira-kira seperti inilah kondisinya waktu itu, hehehe.

https://www.instagram.com/p/B9n6xkpFyuA/?utm_source=ig
Foto dokumentasi milik The Hallway, diambil dari instagram @thehallwayspace_

Herannya, 80% lapak sudah ada yang booking! Hanya sisa sekitar 3–4 tempat saja, akhirnya pilih satu di lorong 3 yang ukurannya agak besar, yang nantinya akan jadi toko pertama kami di The Hallway. Kami bayar setengah uang sewa, dengan harapan bulan Juni nanti bisa mulai buka.

Satu bulan kemudian di Maret 2020, eh ada COVID-19 merebak. PSBB pula, putaran ekonomi dan bisnis mulai macet, hehehe. Aduh..

Long short story, dengan segala sakit kepala ngumpulin pundi-pundi uang untuk merenovasi toko, menghemat budget dengan bikin segalanya sendiri, dan jungkir balik emosi lainnya, Oktober 2020 kami mulai buka toko. Hore!

Toko yang tadinya diniatkan hanya untuk transaksi teh kering, jadi berubah haluan seiring yang datang ingin ngeteh sambil ngobrol. Karena alasan inilah, sekali lagi kami pilih tempat yang lebih besar, masih di area The Hallway.

Toko pertama kami ukurannya cuma 3.3 meter x 2.75 meter, diisi meja bar, stok, dan banyak barang lain, alhasil cuma bisa menampung 3 orang tamu di dalam. Hahaha, serius ini mirip banget dapur, atau gudang, atau pawon.

https://www.instagram.com/p/CNtohrbJFhq/

Toko kedua lebih lega, bisa dipakai selonjoran, dengan ukuran 5.8 meter x 3 meter. Daya tampungnya lumayan bertambah, sekitar 7–8 orang di dalam toko. Plus sudah didesain dengan gudang, jadi tidak terlalu berantakan.. even though, honestly, our store never come close to something called neat and aesthetic. :))

https://www.instagram.com/p/CglJfhsPGnb/

Masih banyak lagi cerita seputar toko kami dan The Hallway, let’s see if I could write it in another post! Please looking forward, semoga diri ini ada kesempatan nulis lagi, hihi.

Buka di pasar, walaupun bentukannya keren kayak The Hallway, tetap banyak memengaruhi variabel jualan DEKAT. Peralihan dari sekadar toko teh menjadi lebih banyak unsur kedai — dengan jadi bisa membeli teh seduhan, minum di tempat, duduk berhadapan ngobrol di depan bar, bahkan jadi meeting point, pun membuat saya jadi banyak mengubah visi. Not in the bad way, tho.

Pada dasarnya punya usaha ya harus fleksibel, menyesuaikan dengan kondisi apa pun di depan mata, tapi dengan tetap pegang value yang dipunya.

Kami di DEKAT berusaha tumbuh dari value yang sesuai dengan nama, yap, dekat, hangat, akrab. Menyadari adanya permintaan untuk minum di tempat, membuat keputusan meja seduh jadi slow bar, bahkan terkadang very-very slow bar, karena ada #TemanDEKAT yang bisa duduk dan ngobrol berjam-jam. Bahasannya bahkan tidak cuma seputar teh, bisa apa saja, bisa kemana-mana.

Canda saya, kalau ngeteh di DEKAT itu gratis, curhatnya yang bayar. Hahaha. Kalau versi lebih satirnya: I feel like I’m not a tea brewer, more like an unpaid therapist, lol!

Maka sesungguhnya untuk DEKAT yang saat ini, pasar adalah tempat yang tepat. Sejak dari berabad lalu, pasar memang jadi tempat orang mencari kebutuhan, mulai dari yang sederhana seperti sandang dan pangan, kemudian bila pasarnya tematik jadi lebih spesifik lagi komoditasnya. Barangkali di Pasar Kosambi lantai 2, alias The Hallway, selain bisa memenuhi kebutuhan materil, bila ada #TemanDEKAT yang masuk toko kecil kami dan meluangkan waktunya untuk ngobrol, terpenuhi juga kebutuhan non-materilnya, yaitu bersosialisasi.

Jujur, hampir 2 tahun saya jadi teman bicara sambil menyeduh teh, obrolannya sangat menarik, banyak sekali hal baru yang didapat. Ah, indeed, human is such a interesting creature..

Dan lagi, pasar memang selalu penuh dengan manusia, datang silih berganti. Andai kata pasar adalah planet, maka manusia adalah satelit, yang mengorbit, berputar ke padanya. Dua-duanya terhubung dan mutualisme.

Lalu kenapa, ada jawaban ingin dekat ke grassroot?

Simply because.. we want to be closer with everyone, and somehow giving a feeling that a good cup of tea can be enjoyed by everyone. Semua orang boleh dan bisa minum teh enak sesuai preferensinya, datang ke pasar tradisional bukan berarti hanya punya pilihan teh yang biasa saja, perhaps in our tea room you can find something new and different!

Mari, kapan hari ada waktu, berkunjung ke toko kecil kami di The Hallway Space, Pasar Kosambi lantai 2, Jl Jend. Ahmad Yani 221–223, Bandung.

Kalau di lantai 1, ada banyak sekali toko yang berjualan seragam sekolah, karena Pasar Kosambi terkenal jadi destinasi belanja kebutuhan seragam dan perlengkapan sekolah terutama di periode tahun ajaran baru. Di lantai dasar alias pasar basah, komoditas yang dijual cukup komplit! Saran saya belanja juga cemilan kering seperti keripik, sale pisang, dan baso goreng, tokonya cukup banyak pilihan dan bisa cicip dulu juga, hehehe.

Sampai ketemu di Pasar Kosambi, The Hallway, dan toko (atau mau sebut kedai juga boleh!) DEKAT ya!

--

--